A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, organ-organ jamur. (Smeltzer & Bare, 2007 ; Brunner & Suddarth, 2002).
Klasifikasi
a. Meningitis aseptik
Mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah di ruang sub arakhnoid.
b. Meningitis sepsis
Menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organism bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.
c. Meningitis tuberkulosa
Radang selaput otak akibat komplikasi tuberkulosis primer.
2. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan daerah medulla spinalis bagian atas.
Faktor-faktor predisposisi mencakup infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menjadi otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan dibawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolism akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medulla spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom waterhouse-friderichsen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan CSS (pungsi lumbal)
§ Warna: keruh (kehijauan)
§ Jumlah sel
§ Protein
§ glukosa
b. Foto thoraks
c. Foto polos tengkorak
d. EKG
e. CT scan kepala
4. Penatalaksanaan Medis
a. Sebaiknya dirawat diruangan inrensif
b. Pemberian O2
c. Pemberian cairan
d. Obat anti kejang, anti parentik
e. Anti biotika
5. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memaksimalkan fungsi serebral dan perfusi jaringan.
b. Mencegah komplikasi/ trauma.
c. Menghilangkan ansietas/ memberikan dukungan emosional pada pasien/ keluarga.
d. Nyeri menurun/ minimal.
e. Memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan akan pengobatan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Pada pengkajian pasien dengan meningitis biasanya didapatkan data subjektif :
§ Ps mengeluh sering sakit kepala
§ Ps mengatakan kadang kejang
§ Ps mengeluh kehilangan nafsu makan
§ Ps mengeluh terasa kaku pada saraf yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf cranial)
§ Ps mengatakan mengalami gangguan dalam penglihatan
§ Ps mengatakan sering merasa mual.
§ Ps mengatakan sering merasa mual.
§ Ps mengatakan sering terjaga dimalam hari
§ Ps mengeluh pendengarannya terganggu.
§ Ps mengatakan leher dan punggung kaku.
§ Ps mengatakan nyeri pada gerakan.
§ Ps mengeluh tenggorokannya nyeri.
§ Ps mengatakan adanya riwayat infeksi sinus atau paru.
§ Ps mengatakan adanya riwayat ISPA.
b. Data Objektif
Dan data objektif yang ditemukan adalah :
§ Kejang
§ Hemiparese/ hemiplegic
§ Takikardi
§ Brudzinski dan tanda kernig +
§ Rigiditas nukal
§ Disritmia
§ Muntah, turgor kulit tidak elastis, membran mukosa kering
§ Fotofobia
§ Kesadaran
§ Prilaku distraksi/ gelisah
§ Peningkatan kerja pernafasan
§ Suhu meningkat, diaphoresis, menggigil, perdarahan subkutan, gangguan sensasi
§ Keterbatasan rentang gerak, gerakan involunter, kelumpuhan
§ Muntah, turgor kulit tidak elastic, membrane mukosa kering
§ Pupil anisokor, nistagmus, ptosis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi
Faktor resiko :
- Stasis cairan tubuh
- Pemajanan orang lain terhadap pathogen
- Penekanan respon inflamasi (akibat obat)
Kriteria evaluasi :
- Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
b. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral
Faktor resiko :
- Edema serebral yang mengubah/ menghentikan aliran darah arteri/ vena
- Hipovolemia
- Masalah pertukaran pada tingkat seluler (asidosis)
Kriteria evaluasi :
- Mempertahankan tingkat kesadaran
- Melaporkan tak adanya/ menurunnya berat sakit kepala.
c. Resiko tinggi trauma
Faktor resiko :
- Iritasi korteks serebral
- Ataksia, vertigo
- Kelemahan umum paralisis, parastesia
- Keterlibatan area local (kejang fokal)
Kriteria evaluasi :
- Tidak mengalami kejang/ penyerta/ cedera lain
d. Nyeri akut
Dapat dihubungkan dengan :
- Agen pencedera biologis
- Adanya proses infeksi/ inflamasi
- Toksin dalam sirkulasi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Melaporkan sakit kepala, nyeri otot/ sakit panggung
- Perilaku distraksi: menangis, meringis, gelisah
- Perilaku berlindung, memilih posisi yang khas
- Tegangan muskuler: wajah menahan nyeri, pucat
- Perubahan TTV
Kriteria evaluasi :
- Melaporkan nyeri menurun atau terkontrol
e. Kerusakan mobilitas fisik
Dapat dihubungkan :
- Kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan atau ketahanan
- Kerusakan persepsi atau kognitif
- Nyeri/ ke tidak nyamanan
- Terapi pembatasan (tirah baring)
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Enggan mengusahakan gerakan
- Kerusakan koordinasi dan penurunan kekuatan/ control otot
- ROM terbatas
Kriteria evaluasi :
- Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop
- Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi umum
- Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus
f. Perubahan persepsi-sensori
Dapat dihubungkan dengan :
- Perubahan persepsi sensori
- Transmisi atau integrasi
Kemungkianan dibuktikan oleh :
- Fotosensitivitas
- Parestesia, hiperalgesia
- Perubahan dalam respon biasanya terhadap rangsang
- Konsentrasi buruk, peka rangsang, gelisah, disorientasi
Kriteria evaluasi :
- Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi
g. Ansietas
Dapat dihubungkan dengan :
- Krisis situasi: transmisi interpersonal dan keikutsertaan merasakan
- Ancaman kematian/ perubahan dalam status kesehatan (keterlibatan otak)
- Pemisahan dari system pendukung (hospitalisasi)
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Peningkatan tegangan/ keputusasaan
- Ketakutan/ ketidakpastian hasil, berfokus pada diri sendiri
- Stimulasi simpatis
Kriteria evaluasi :
- Mengakui dan mendiskusikan rasa takut
- Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
h. Kurang pengetahuan
Dapat dihubungkan dengan :
- Kurang pemajanan
- Kesalahan interpretasi informasi
- Kurang mengingat keterbatasan kognitif
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Pertanyaan, pernyataan, kesalahan konsepsi
- Meminta informasi
- Ketidakakuratan mengikuti intruksi
- Ke tidak tepatan perilaku
3. Rencana Keperawatan
a. Rencana keperawatan
1). Dx : Resiko Tinggi Infeksi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Tindakan/ Intervensi :
- Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan
- Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan tangan tepat baik pasien, petugas kesehatan.
- Lakukan segala tindakan dengan teknik aseptik
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Rasional :
- Menurunkan resiko penyebaran pada pria
- Vital sign dapat member gambaran umum keadaan pasien
- Mencegah timbulnya infeksi lain dan perluasan infeksi
- Antibiotik dapat mengurangi perluasan infeksi
2). Dx : Resiko Tinggi Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
Tujuan : Meningkatkan fungsi serebral dan perfusi jaringan.
Tindakan/ rasional :
- Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi.
Rasional :
- Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.
3). Dx : Resiko Tinggi Trauma
Tujuan : Mencegah komplikasi/ trauma.
Tindakan/ intervensi :
- Pantau adanya kejang/ kedutan pada tangan, kaki, dan mulut/ otot wajah yang lain.
- Kolaborasi :
Berikan cairan IV dengan alat kontrol khusus, batasi pemasukan cairan dan berikan larutan hipertonik/ elektronik sesuai indikasi.
Rasional :
- Mencerminkan adanya iritasi secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.
- Meminimalkan fluktuasi dalam aliran paskulerdan TIK, retriksi cairan mungkin diperlukan untuk mengurangi cairan tubuh total dan selanjutnya akan menurunkan edema serebral.
4). Dx : Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri Akut)
Tujuan : Nyeri menurun/ minimal.
Tindakan/ intervensi :
- Berikan posisi yang nyaman.
- Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10)
Rasional :
- Menurunkan iritasi meningial, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut
- Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
5). Dx : Kerusakan Mobilitas Fisik
Tujuan : Pasien dapat melakukan gerakan secara bertahap
Tindakan/ intervensi :
- Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi
- Berikan/ bantu untuk melakukan latihan tentang gerak
Rasional :
- Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan hipertensi yang akan dilakukan.
- Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/ posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis
6). Dx : Perubahan Persepsi-Sensori
Tujuan : Meningkatkan kesadaran pasien
Tindakan/ intervensi :
- Kaji kesadaran sensori seperti respon sentuhan, panas/ dingin, benda tajam/ tumpul dan kesadaran gerak letak dan tubuh
Rasional :
- Informasi penting untuk keamanan pasien semua sistim sensorik dapat terpengaruh dengan adanya perubahan yang melibatkan peningkatan kesadaran.
7). Dx : Ansietas
Tujuan : Menghilangkan ansietas/ memberikan dukungan emosional pada pasien/ keluarga.
Tindakan/ intervensi :
- Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien atau keluarga.
- Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa penyakit.
Rasional :
- Gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi tidak tidak menyangkal keberadaannya.
- Pentingnya untuk menciptakan kepercayaan karena diagnosa meningitis mungkin menakutkan, ketulusan dan penjelasan yang akurat akan dapat meyakinkan pasien.
8). Dx : Kurang Pengetahuan
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah mengenai penyakit dan prosedur pembedahan.
Tindakan/ intervensi :
- Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana.
- Berikan informasi tentang kebutuhan tentang diet tinggi TPTK yangdapat diberikan/ dimakan dalam jumlah kecil/ tapi sering.
Rasional :
- Menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima/ memproses dan mengingat/ menyimpan informasi yang sesuai.
- Meningkatkan proses penyembuhan makanan-makanan dalam jumlah kecil/ tetapi sering akan memerlukan kalori yang sedikit pada proses metabolism, menurunkan iritasi lambung dan meningkatkan pemasukan secara total.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dank lien, hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pelaksanaan validasi, penguasaan ketrampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis dilindungi oleh dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar, La Ode Jumaidi, 1999).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Setelah melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan adalah sesuai dengan rencana tujuan yaitu :
a. Infeksi tidak terjadi.
b. Meningkatkan fungsi serebral dan perfusi jaringan.
c. Mencegah komplikasi/ trauma.
d. Nyeri menurun/ minimal.
e. Pasien dapat melakukan gerakan secara bertahap.
f. Meningkatkan kesadaran pasien
g. Menghilangkan ansietas/ memberikan dukungan emosional pada pasien/ keluarga.
h. Pengetahuan pasien bertambah mengenai penyakit dan prosedur pembedahan.
No comments:
Post a Comment