Pages

Tuesday, June 15, 2010

UROLITIASIS

    1. Konsep Dasar Batu Saluran Kemih.

a. Pengertian

Batu saluran kemih adalah keadaan tidak normal di dalam ginjal, mengandung komponen kristal dan matriks organik yang secara khas dijumpai di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter / kandung kemih (Slamet Suyono, 2003, hal 377).

Batu saluran kemih adalah adanya batu / kalkuli di traktus urinarius yang terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat mengalami peningkatan (Brunner & Suddarth, 2001, hal 1460)

Batu saluran kemih merupakan penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan batu didalam saluran kemih (R.Sjamsuhidajat, 2004, hal 756)

b. Patofisiologi

Terdapat tiga teori yang menyatakan tentang terbentuknya batu pada saluran kemih, diantaranya yaitu :

1) Teori inti (nukleus) : kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urin yang sudah mengalami supersaturasi.

2) Teori matrix : matrix organik yang berasal dari serum atau protein-protein urin yang merupakan kemungkinan pengendapan kristal.

3) Teori inhibitor kristalisasi : beberapa substansi dalam urin menghambat terjadi kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.

Adapun faktor-faktor resiko yang mempengaruhi pembentukan batu pada saluran kemih, diantaranya yaitu :

1. Hiperkalsiuria

Hiperkalsiuria idiopatik meliputi hiperkalsiuria yang terdiri dari 3 bentuk yaitu :

a. Hiperkalsiuria absorptif ; ditandai oleh adanya kenaikan absorpsi kalsium dari lumen usus, kejadian ini paling banyak dijumpai.

b. Hiperkalsiuria puasa ; ditandai dengan adanya kelebihan kalsium, diduga berasal dari tulang.

c. Hiperkalsiuria ginjal ; yang diakibatkan kelainan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal.

2. Hiperoksaluria

Merupakan kenaikan ekstensi oksalat diatas normal (< 45 mg/hari).

3. Hiperurikosuria

Merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium.

4. Hipositraturia

Merupakan penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat merupakan mekanisme lain timbulnya batu ginjal.

5. Penurunan jumlah air kemih

Keadaan ini biasanya disebabkan oleh masukan cairan sedikit yang selanjutnya dapat menimbulkan batu dengan peningkatan reaktan dan pengurangan aliran air kemih.

6. Faktor diet

Faktor diet dapat berperan penting dalam mengawali pembentukan batu, misalnya diet tinggi kalsium, diet tinggi purin, tinggi oksalat dapat mempermudah pembentukan batu saluran kemih.

Adanya berbagai faktor tersebut diatas akan menyebabkan pengendapan partikel-partikel jenuh (kristal dan matriks) dalam nukleus (inti batu) yang selanjutkan akan mengakibatkan kelainan kristaluria dan pertumbuhan kristal dan dapat mengakibatkan terbentuknya batu pada saluran kemih. Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih adalah retensi urine, nyeri saat kencing, perasaan tidak enak saat kencing, kencing tiba-tiba berhenti dan nyeri pinggang. Manifestasi infeksi berupa panas saat kencing, kencing bercampur darah. Obstruksi saluran kemih yang tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yaitu hidronefrosis, sedangkan infeksi akan menyebabkan terjadinya komplikasi yaitu pielonefrosis, urosepsis, dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi ginjal yang permanen (gagal ginjal). Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan batu saluran kemihyaitu salah satunya dengan pembedahan (sectio alta), dimana pasien yang telah menjalani pembedahan akan mengeluh nyeri pada luka operasi, terjadi hipertermi, hematoria, kelemahan. Dari semua manifestasi klinis yang muncul di atas didapatkan masalah keperawatan yaitu nyeri (akut), intoleransi aktivitas, resiko terhadap infeksi, serta kurang pengetahuan. Dimana masalah keperawatan yang muncul harus segera mendapatkan penanganan.

c. Pemeriksaan Diagnostik

1. Urinalisa

Menunjukkan warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah; secara umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus; pH mungkin asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat).

2. Urine (24 jam)

Menunjukkan kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat.

3. Kultur urine

Mungkin menunjukkan ISK (Stapilococus aureus, Proteus, Klebsiela, Pseudomonas).

4. Survei biokimia

Menunjukkan peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein, elektrolit.

5. BUN/ Kreatinin serum dan urine

Abnormal (tinggi pada serum / rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/ nefrosis

6. Kadar klorida dan bikarbonat serum

Peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.

7. Hitung darah lengkap

SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi/ septikemia.

8. SDM

Biasanya normal.

9. Hb/ Ht

Abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (pendarahan, disfungsi/ gagal ginjal).

10. Hormon paratiroid

Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

11. Foto serum KUB

Menunjukkan adanya kalkuli dan / atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.

12. IVP

Memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri abdomen atau panggul. Menunjukkan abnormalitas apda struktur anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.

13. Sistoureterokopi

Visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu dan / atau efek obstruksi.

14. Skan CT

Mengidentifikasi / meggambarkan kalkuli dan masa lain ; ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.

15. Ultrasound ginjal

Untuk menunjukkan perubahan obstruksi, lokasi batu.

d. Penatalaksanaan Medis

1) Pengangkatan Batu

Pemeriksaan sistokopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi, akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.

2) Terapi Nutrisi dan Medikasi

Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu renal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu. Setiap pasien batu renal harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari untuk mempertahankan urin encer, kecuali dikontraindikasikan

Natrium selulosa fosfat telah dilaporkan efektif dalam mencegah batu kalsium. Terapi diuretik menggunakan thiazide mungkin efektif dalam mengurangi kalsium ke dalam urin dan menurunkan kadar parathormon. Allopurinol (zyloprim) dapat diresepkan untuk mengurangi kadar asam urat serum dan ekskresi asam urat ke dalam urin.

3) Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal. (ESWL)

ESWL adalah prosedur noninvasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

4) Metode Endourologi Pengangkatan Batu

Bidang endourologi menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim renal. Batu dapat diangkat dengan forceps atau jaring, tergantung dari ukurannya.

5) Ureteroskopi

Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop.

6) Pelarutan Batu

Infus cairan kemolitik mis, agens pembuat basa (alkylating) dan pembuat asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternatif penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terepi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit)

7) Pengangkatan Bedah

Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi, atau nefrektomi jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pieloktomi. Batu pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistotomi jika batu berada di kandung kemih.

e. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Pengurangan Nyeri

Kolaborasi dalam pemberian morfin atau meperiden, untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa mengurangi nyeri yaitu mandi air panas atau air hangat dan teknik distraksi, relaksasi.

2) Penyuluhan Pasien tentang ESWL

ESWL terbukti efektif pada pasien rawat jalan ; oleh karena itu perawat harus menyediakan instruksi perawatan di rumah dan pentingnya tindak lanjut.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Batu Saluran Kemih (Pre operasi )

a . Pengkajian

Pada pengkajian pre operasi pasien dengan batu saluran kemih biasanya didapatkan data subjektif : pasien mengatakan nyeri pada suprasimpisis, kencing tiba-tiba terhenti, nyeri saat kencing, nyeri pinggang dan perasan tidak enak sewaku kencing, pasien mengatakan cemas dengan operasi yang akan dijalaninya. Selain itu akan ditemukan data objektif yaitu: adanya nyeri tekan pada area suprasimpisis, pasien tampak meringis saat diraba pada area suprasimpisi, pasien bertanya-tanya tentang operasi yang akan dijalaninya.

Menurut Carpenito, L.J (2000), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan batu saluran kemih (pre operasi) yaitu :

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos sekunder terhadap batu ginjal

2. Perubahan pola eleminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi saluran keluar kandung kemih sekunder terhadap batu ginjal.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan prosedur pembedahan.

4. Resiko terhadap infeksi berhubungan retensi urin di kandung kemih sekunder terhadap batu ginjal.

b. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap kedua dalam proses keperawatan yang terdiri dari prioritas diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan. Tahap awal dimulai dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan. Prioritas diagnosa keperawatan berdasarakan masalah yang paling dikeluhkan pasien:

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos sekunder terhadap batu ginjal.

2. Perubahan pola eleminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi saluran keluar kandung kemih sekunder terhadap batu ginjal.

3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan retensi urine di kandung kemih sekunder terhadap batu ginjal

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan prosedur pembedahan

Tahap selanjutnya yaitu menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul. Rencana perawatan berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan :

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos sekunder terhadap batu ginjal.

Tujuan : Rasa nyeri pasien berkurang

Kriteria evaluasi : Melaporakan nyeri hilang dengan spasme terkontrol

Intervensi : Observasi skala nyeri ( 0-10 ) dengan menggunakan teknik P Q R S T, observasi vital sign setiap 6 jam, ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi, beri posisi yang nyaman dan aman bagi pasien, kolaborasi dalam pemberian analgetik

2. Perubahan pola eleminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi saluran keluar kandung kemih sekunder terhadap batu ginjal.

Tujuan : Pasien dapat berkemih dalam jumlah normal dan pola biasanya.

Kriteria evaluasi : Berkemih dalam jumlah normal dan pola biasanya.

Intervensi : Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine, tentukan pola berkemih normal pasien, dorong pasien meningkatkan pemasukan cairan, pantau hasil pemerikasaan laboratorium (elektrolit, BUN, creatinin)

3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan retensi urine di kandung kemih sekunder terhadap batu ginjal

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria evaluasi : Tidak terjadi tanda-tanda infeksi

Intervensi :Observasi adanya tanda-tanda inveksi, observasi vital sign setiap 6 jam, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium ( WBC ), kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan prosedur pembedahan.

Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah mengenai penyakit dan prosedur pembedahan

Kriteria evaluasi : Menyatakan pemahaman mengenai penyakit, prognosis dan pengobatan.

Intervensi : Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya, beri penjelasan tentang penyakit dan prosedur pembedahan, beri kesempatan pasien untuk bertanya, libatkan keluarga dalam pelaksanaan perawatan pasien, evaluasi penjelasan yang telah diberikan.

c. Implementasi keperawatan

Pelaksanaan atau implementasi merupakan palaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien, hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pelaksaan validasi, penguasaan ketrampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamana fisik dan psikologis dilindungi oleh dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar, La Ode Jumaidi, 1999).

d. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Setelah melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan adalah sesuai dengan rencana tujuna yaitu :

1. Rasa nyeri pasien berkurang

2. Pasien berkemih dalam jumlah normal dan pola biasanya

3. Infeksi tidak terjadi

Pengetahuan pasien bertambah tentang penyakit dan prosedur pembedahan

1 comment:

  1. MyFitnessPal review: MyFitnessPal for sale | CoinDesk
    It's kadangpintar one of my favourite things I have to do and it's a nice It can be easily downloaded from a browser and หาเงินออนไลน์ has to wait a few seconds deccasino to

    ReplyDelete